Description
“Desa Tegal Yoso merupakan desa konflik gajah dan manusia hingga kini, yang letaknya berbatasan dengan Taman Nasional Way Kambas. Jumlah spesies tumbuhan yang berhasil dihimpun sebanyak 181 spesies dari 70 famili. Setiap spesies diuraikan informasinya berdasarkan taksonomi, morfologi, habitat dan manfaatnya.
Pemanfaatan spesies ini sangat penting untuk menunjang, kesejahteraan masyarakat desa. Pemantaatan secara langsung dikonsumsi ataupun melalui pengolahan terlebih dahulu. Beberapa spesies juga dapat langsung dijual ke pasar ataupun melalui pengepul. Spesies lainnya berpotensi bioprospecting yang perlu ditelti dan dikembangkan.
Keanekaragaman hayati tumbuhan memiliki nilai sosial budaya, nilai ekonomi dan ekologi. Masyarakat sering kali menggunakan bagian tanaman untuk acara seni dan budaya seperti kelapa, pisang raja, padi dan daun talas. Disisi lain pada waktu yang berbeda digunakan untuk saling memberi hasil panen di acara perkawinan tetangganya.
Nilai ekonomi tanaman di desa ini didominasi oleh padi, jagung dan singkong. Sawah mendapat pengairan irigasi sepanjang tahun secara bergilir. Pada lahan yang tidak mendapat pengairan irigasi ditanami jagung atau singkong. Ancaman gagal panen sering dirasakan oleh masyarakat adalah adanya serangan gajah liar yang keluar dari Taman Nasional Way Kambas menuju lahan masyarakat.
Sebagian tanaman pekarangan digunakan masyarakat untuk menunjang dapur rumah tangga mereka. Jenis tanaman yang sering digunakan adalah bawah merah, bawang putih, kunyit, jahe dan lengkoas. Sebagian dibeli di pasar atau warung terdekat, dan sisanya diambil dari pekarangan rumah. Lembaga Swadaya Masyarakat ikut mendorong upaya kemandirian tanaman melalui program pengembangan tanaman rempah-rempah.
Usaha lainnya adalah ternak lebah madu yang sudah mengahasilkan keuntungan bagi petani. Mereka awalnya mendapatkan koloni dan sarang lebah madu dari bantuan Taman Nasional Way Kambas. Saat ini telah berkembang menjadi 8 petani ternak lebah. Jika ini terus berkembang maka diprediksi kesejahteraan masyarakat meningkat.
Selain itu agroforestry karet dan akasia juga terdapat di desa Tegal Yoso. Tanaman ini cenderung berhasil tumbuh dan berkembang dengan baik karena terhindar dari serngan gajah. Karet mulai dikombinasikan dengan tanaman porang untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, namun hingga kini masih dalam proses pemeliharaan porang.
Berbagai limbah dari hasil panen tanaman pangan sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi energi biomassa. Padi, jagung, singkong adalah tanaman yang sering dibuang atau dibakar dari sisa bagian tanaman seperti batang dan bonggolnya. Pemanfaatan limbah menjadi briket belum pernah dilakukan mengingat terbatasnya pengetahuan masyarakat.”