Description
“Buku ini memetakan peninggalan arsitektur kuno di pesisir pulau Jawa dengan kota Semarang sebagai objek lokasi dengan hasil temuan pemetaanya yang bisa ditranfer pada kota pesisir kuno lainnya. Istilah pesisir kuno dipakai untuk menjelaskan keberadaan kota pesisir di masa lalu yang telah berubah posisinya akibat proses sedimentasi. Beberapa kota pesisir kuno di Jawa tak lagi berada di tepi laut dan kini berada di tengah kota Karena adanya proses abrasi dan akresi yang dialami oleh pesisir pantai Utara di pulau Jawa. Issue perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah serta issue penataan kawasan cagar budaya yang belum menyentuh benda tinggalan arsitektur dan perancangan kota pesisir menjadi latar belakang pentingnya buku ini di terbitkan.
Kota Semarang menjadi lokasi kota pesisir kuno yang kini tak lagi berada di pesisir. Menurut berita sejarah, kota Semarang masih merupakan gugusan pulau pada abad 8. Kawasan ini pernah dikunjungi oleh Tome Pires, Armada Cheng Ho dan Ma Huan. Garis pantai berada di kawasan Candi. Sementara itu pada abad 14an garis pantai semakin maju hingga di kawasan Sleko. Di kawasan tersebut ditandai dengan adanya perkampungan multi etnis Bila mengacu pada foto dari KITLV maka Semarang lama pada abad 16an adalah kawasan Layur dan Kampung Melayu di muara sungai Semarang. Hasil pemetaan menemukan beberapa jejak arsitektur, toponim nama tempat yang merujuk sebagai kawasan pesisir.
Buku hasil riset Penelitian Terapan Ungulan Perguruan Tinggi 2017-2019 ini akan memberikan pengetahuan baru tentang model kawasan pesisir kuno sebagai cagar budaya yang bisa di transfer pada kota-kota pesisir lainnya. Pemetaan kota pesisir kuno dapat diimplementasikan sebagai upaya perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian kawasan pesisir untuk mengisi detail yang belum terjelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan.”